Sekitar 3 bulan yang lalu saya, istri beserta
keluarga istri berniat mengurus KTP baru karena saat ini kami berdomisili di
Tangerang Selatan dan sebelumnya kami berdomisili di Jakarta Selatan. Untuk
membuat KTP baru saya telah mengurus surat keterangan pindah yang dikeluarkan
oleh dinas suku kependudukan Jakarta Selatan sebagai pengantar untuk
dinas kependudukan di Tangerang Selatan. Selain itu saya juga menyiapkan surat
pengantar dari RT/RW di tempat saya dan keluarga tinggal saat ini. Well, done! Berbekal berkas-berkas tersebut kemudian saya mengurus KTP di kelurahan
Pamulang Timur. Setibanya di kelurahan saya langsung disambut oleh salah satu
staf kelurahan dan tanpa basa-basi, dia langsung menanyakan keperluan
saya. (Padahal saat itu staf tersebut sedang bersiap-siap menyalakan motornya).
"Mau bikin apa pak? kemudian saya jawab "mau bikin KTP pak".
Staf keluarahan ini kemudian membawa saya ke ruangannya. Selanjutnya dia
memberikan formulir untuk pengisian data sekaligus mengecek semua berkas-berkas
yang dibutuhkan. Nah ternyata syarat untuk bikin KTP pindahan harus menyertakan
SKCK dari kepolisian dan saya ga bikin. Hmmm... ribet juga! Awalnya saya kira
SKCK ga dibutuhin. Yak berkas kurang!
Selanjutnya karena saya bikin KTP pindahan maka
harus terlebih dahulu menyerahkan berkas ke suku dinas kependudukan di
Tangerang Selatan dan konon kantornya ada di Serpong yang saya ga tau dimana
letaknya. For your information mengurus berkas kepindahan di suku dinas
kependudukan Tangsel membutuhkan waktu paling cepet dua minggu, padahal di
Jakarta mengurus surat kepindahan paling cepet cuma 3 hari. Dalam hati saya
"gila ngurus pindahan aja sampe 2 minggu. Lama amat!". Setelah dari
dinas kependudukan berkas tersebut harus diserahkan kembali ke kecamatan.
Mulai dari sini saya merasa kok kayaknya ngurus
KTP jadi makin ribet banget karena harus mondar-mandir dari kantor sudin -
kecamatan. Ditambah lagi kalau saya ngurus sendiri kuatirnya nanti
ada panggilan job dari kantor yang mengharuskan saya pergi ke site yang
bisa sampe 1 bulan lebih. Nah kebetulan banget staf kelurahan pamulang timur
yang menangani berkas saya ini sebut saja namanya "kampret" mau
nolongin saya ngurus berkasnya sampe KTP jadi. Melalui proses negosiasi dan tawar-menawar
akhirnya sepakat biaya kepengurusan KTP dipatok 250 ribu. Selanjutnya untuk
biaya KTP istri dan keluarga istri sebesar 650 ribu (kebetulan untuk keluarga
istri saya minta diskon dan waktu itu yang ngurus adalah Kakak saya karena saya
keburu ada panggilan kerjaan di site). Jadi total uang yang sudah kami keluarkan untuk membuat KTP
adalah 900 ribu. Nyesek banget!
Satu bulan pertama terlewat dan saya menanyakan
apakah KTP sudah jadi apa belum? Dan ternyata jawabannya masih belum dengan
alasan berkasnya masih di dinas. Tiap minggu pun saya selalu rajin menanyakan
gimana progres KTP? Namun saya hanya mendapat janji-janji palsu, besok, lusa, 3
hari lagi, seminggu lagi, beberapa hari lagi dan bla.. bla.. bla.. sampe
kesel di-PHP-in mulu :(
Dua bulan kemudian, saya menanyakan kembali
apakah KTP sudah jadi apa belum? dan ternyata jawabannya masih belum. Dengan
berbagai alasan yang saya pikir ga rasional, mulai dari belum sempet ke
kecamatan lah, lagi dijalan, sibuk nganter undangan, pak camatnya sedang naik
haji, pak camat lagi syukuran pulang naik haji dan bla.. bla.. bla.. Saya udah
emosi jiwa, tapi masih tetep sabar --___--
Sekarang udah hampir tiga bulan namun KTP saya
belum jadi-jadi juga. Kali ini dengan alasan berkasnya keselip di kecamatan. Makin geram dong! Saya ga habis pikir kok bisa berkas bisa keselip dan kalau ini memang
benar keselip/hilang betapa ga profesionalnya petugas di kecamatan. Saya pun menduga jangan-jangan si kampret ini nipu saya atau hanya cuma akal-akalan dia
untuk minta tambahan ongkos. Sebab pernah suatu hari si kampret ini salah kirim
atau bisa jadi dengan sengaja mengirimkan pesan singkat (SMS) ke saya, yang isinya kira-kira begini
"Bu, kalo bisa tambahin lagi dong ongkosnya hehehe". Wah bener-bener
deh nih orang keterlaluan punglinya. *Maaf bila saya suudzon (semoga kampret waktu itu sms-an dengan istrinya bilang kalau ongkos beli rokoknya kurang).
Beberapa hari ini saya mulai browsing di internet
mengenai kepengurusan KTP di Tangerang Selatan. Dan, alangkah kagetnya saya
ternyata banyak sekali keluhan masyarakat yang isinya kebanyakan adalah curhatan tentang susahnya bikin KTP di Tangerang Selatan. Oh My God!!! Ada beberapa keluhan dan surat pembaca yang isinya sih
hampir-hampir sama dengan apa yang saya alami sekarang, bahkan ada yang sampe 7
bulan belum jadi-jadi. What! Saya pun hanya bisa ngelus dada.
Seminggu yang lalu saya mengunjungi kembali
kantor kelurahan, miris banget hampir semua staf di kelurahan tidak
berada di meja kerjanya. Pertama saya masuk di halaman kelurahan, saya melihat
para staf sedang asyik duduk-duduk di kursi teras sambil jagongan padahal udah
masuk jam kerja loh. Miris ya padahal mereka adalah abdi masyarakat yang
harusnya siap dan sigap melayani masyarakat. Pernah juga saya melihat ibu-ibu
staf kelurahan tanpa peduli kiri dan kanan memoles wajahnya sambil megang
lipstik dan cermin. Dalam hati cuma bilang "Ya ampun nih orang". Jadi, inikah
potret para abdi masyarakat di Indonesia? hmmm... Sudah menjadi rahasia umum juga bahwa birokrasi di
negeri kita memang bobrok dan ditambah dengan banyaknya pungutan liar. Ga heran deh kalau
di Indonesia korupsinya Nauzubillah. Semoga Pak Jokowi, Pak JK, Gubenur, Walikota,
pejabat, dan pihak yang berwenang yang duduk di pemerintahan bisa turun ke bawah
melihat langsung dan menggebrak birokrasi yang bertele-tele menjadi ke arah
yang lebih baik, khususnya di Tangerang Selatan dan Indonesia pada umumnya. Kita lihat saja nanti...
Sampe tulisan ini di publish KTP saya pun belum
jadi.
KECEWA BERAT!
No comments:
Post a Comment